Monday, January 12, 2015

Suatu masa lagi duduk-duduk santai depan TV sambil liatin anak-anakku main, tiba-tiba teringat beberapa bait dari puisi Kahlil Gibran tentang anak (Anakmu bukan milikmu). Ingat dulu suatu waktu di masa lampau sepertinya saya pernah membacakan puisi ini di depan publik tapi sayangnya saya lupa acaranya apa (sepertinya kegiatan akhir matrikulasi waktu masuk UI dulu). Ketika mendapatkan puisi ini waktu SMA dulu, I really like it karena menurutku saat itu, puisi itu sangat harus dibaca dan dipahami oleh orang tua (khususnya orang tuaku waktu itu) karena saat SMA terasa terkekang banget dan pernah berjanji..seandainya saya nanti punya anak, saya akan mengasuh anak-anakku seperti puisi Kahlil Gibran ini.
Ternyata oh ternyata, setelah punya anak....memang mengaplikasikan teori tidak segampang yang dipikirkan. Saya masih sangat takut anak-anak ku akan tumbuh menjadi anak yang kurang didikan orang tua, mis. jadi tidak sopan ataupun terlalu banyak menerapkan larangan terhadap mereka, seolah-olah apa yang mereka lakukan semuanya masih kurang dan perlu perbaikan, perlu bimbingan dan terkadang saya merasa, saya tidak memberikan keleluasaan kepada mereka untuk berkreasi dan berinovasi sesuai dengan kehendak mereka. Selalu saja ada kalimat-kalimat negatif, mis. jangan lari-lari nak, jangan ribut, jangan ini...jangan itu...padahal saya sudah membaca buku-buku dan artikel tentang cara mendidik anak yang lebih positif. Again...in practice..I kind of difficult not to say negative words. 

Salah satu bait dari puisi itu adalah:

Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan pikiranmu
Karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri

Puisi ini mengajak kita untuk tidak terlalu merecoki anak dengan pikiran-pikiran kita yang kita rasa terbaik buat mereka...tapi pada kenyataannya, selalu saja ada kekhawatiran kalau saya tidak mengajarkan (yang sepertinya memberikan pikiran kita) kepada mereka yang baik menurut kita, anak-anak kita akan tumbuh liar dan tidak tahu aturan...
Tapi benarkah? Benarkah anak-anak yang dibiarkan saja tanpa ada aturan dari orang tua akan berkembang lebih baik dari pada yang selalu diberi tahu dan diarahkan?

Well...saya pribadi setelah menjadi orang tua merasa bahwa anak-anak saya tetap harus mendapatkan arahan...kalaupun cara saya mengarahkan terlalu berlebihan..itu mungkin kelemahan saya. Tapi saya tidak akan membiarkan anak saya untuk berjalan dengan pikiran mereka sendiri selama saya merasa bahwa mereka masih butuh arahan..

Puisi ini merupakan salah satu puisi favorit saya dari dulu sampai sekarang, tapi mungkin sekarang saya melihatnya dari sudut pandang seorang ibu/orang tua yang takut anak-anaknya akan kurang didikan, sehingga walaupun di relung hati saya sangat setuju dengan isi puisi ini, tapi pada kenyataannya saya belum sanggup melaksanakannya.

Anyway...sayangnya saya tidak bisa mendapat versi asli dari puisi ini..dulu perasaan saya sampai beli buku kumpulan puisi Kahlil Gibran ini. Karena setelah saya searching, ternyata banyak versi dan kata-katanya ada yang berbeda, mungkin tergantung yang menerjemahkan. Tapi saya akan tetap tampilkan di sini, walaupun saya tidak yakin ini versi yang benar atau tidak..tapi at least intinya tetap sama. 

Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu
Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka dilahirkan melalui engkau tapi bukan darimu
Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu
Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan fikiranmu
Kerana mereka memiliki fikiran mereka sendiri
Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh mereka, tapi bukan jiwa mereka
Kerana jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi

Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan cuba menjadikan mereka sepertimu, Kerana hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu, Engkau adalah busur-busur tempat anakmumenjadi anak-anak panah yang hidup diluncurkan, Sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan ia merenggangkanmu dengan kekuatannya, sehingga anak - anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh.

Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan
Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang, maka ia juga mencintai busur teguh yang telah meluncurkannya dengan sepenuh kekuatan.
(Dari Cinta, Keindahan, Kesunyian)

Ini versi yang lain, and I prefer this one as I think this one that I had read in the past.
Anakmu bukanlah milikmu,
mereka adalah putra putri sang Hidup,
yang rindu akan dirinya sendiri.
Mereka lahir lewat engkau,
tetapi bukan dari engkau,
mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.

Berikanlah mereka kasih sayangmu,
namun jangan sodorkan pemikiranmu,
sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri.

Patut kau berikan rumah bagi raganya,
namun tidak bagi jiwanya,
sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,
yang tiada dapat kau kunjungi,
sekalipun dalam mimpimu.

Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,
namun jangan membuat mereka menyerupaimu,
sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
ataupun tenggelam ke masa lampau.

Engkaulah busur asal anakmu,
anak panah hidup, melesat pergi.
Sang Pemanah membidik sasaran keabadian,
Dia merentangkanmu dengan kuasaNya,
hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat.

Bersukacitalah dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat,
sebagaimana dikasihiNya pula busur yang mantap.

Semoga saya selalu diberikan kemudahan dalam mengasuh anak-anak saya, dan tentunya yang di ridhoi oleh Allah SWT..aamiin...

Bukit Baruga, Kapuas Utara
Monday, 12 January 2015